Rabu, 15 Maret 2017

Aplikasi yang digunakan Lotte co., ltd pada beberapa sub perusahaan yaitu Lotte Shopping dan Lotte Mart yang ada diIndonesia.

1. Aplikasi Fax monitoring
Digunakan untuk memonitor aktivitas Fax Server termasuk jumlah transaksi purchase orders (POs) yang masih dalam antrian, POs yang terkirim, POs yang gagal terkirim setelah beberapa kali redial, atau POs yang gagal kirim setelah menunggu untuk durasi waktu tertentu. POs gagal terkirim akan diemail secara otomatis ke orang yang bertanggung jawab di setiap toko agar mereka dapat berkoordinasi dengan masing masing supplier.
Data dari Lotte Core System akan tersinkronisasi setiap 30 minutes sehingga urgent POs akan terkirim secepatnya ke supplier.
Customization dilakukan untuk tampilan Orlansoft Procurement dan Account Payable agar memberikan tampilan yang mirip dan konsisten dengan B2B system sebelumnya.

2. Aplikasi CRM
Pasti sudah banyak mengetahui aplikasi CRM. Aplikasi CRM merupakan aplikasi yang berguna untuk meningkatkan relasi dengan konsumen. Aplikasi CRM pada perusahaan digunakan untuk memanajemen konsumen. Dalam hal lain yang dimaksud dengan konsumen untuk tingkat tinggi, dapat berupa agen, distributor, penyalur dan juga relasi penjual lainya.

3. Aplikasi evaluasi kierja pegawai atau karyawan
Untuk meningkatkan produktivitas, perlu sekali dilakukan evaluasi. evaluasi tersebut berguna untuk mencari tahu dan mengetahui sebarapa tinggi peningkatan kualitas kinerja karyawan. Cara ini adalah cara terbaik untuk membuat perushan terus maju dan berkembang. Dengan adanya aplikasi evaluasi, karyawan dapat langsung meningkatkan produktivitas dirinya secara tidak langsung.

Aplikasi ke dua dan ke tiga merupakan aplikasi hasil review saya dari beberapa blog yang ada

referensi : http://www.sistemphp.com/aplikasi-dalam-perusahaan/ 

Rabu, 08 Maret 2017

Presentasi Perusahaan Lotte beserta Kelebihan dan Kekurangan Perusahaan





Kelebihan dan Kekurangan Perusahaan Lotte co., ltd
Pada era persaingan usaha seperti zaman sekarang ini, para pengusaha berlomba-lomba untuk tetap mempertahankan usaha bisnisnya. Tidak terkecuali industri ritel di Indonesia. Menurut Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO), bisnis ritel atau usaha eceran di Indonesia mulai berkembang pada kisaran tahun 1980 an seiring dengan mulai dikembangkannya perekonomian Indonesia. Hingga saat ini laju pertumbuhan Industri ritel di Indonesia saat ini tumbuh dengan cepat. Pertumbuhan ini dapat dilihat dari banyak industri ritel asing maupun lokal yang menjamur di setiap kota-kota besar di Indonesia. Aprilianti (2014)
Lotte Group merupakan kelompok usaha yang bergerak dalam berbagai bidang usaha dan merupakan yang terbesar kelima di Korea. Lotte Group memiliki 45 perusahaan afiliasi dengan total aset mencapai 31 milyar Euro dan pendapatan bersih sebesar 23 milyar Euro pada tahun 2007. Lotte Group bergerak dalam berbagai jenis kegiatan bisnis seperti makanan dan minuman, distribusi ritel, petrokimia, konstruksi dan keuangan.
Keuntungan bagi pelanggan dan pemasok yaitu Di bawah pengelolaan Lotte Mart, para pelanggan akan memperoleh keuntungan dari Customer Relationship Management (CRM) berbasis Teknologi Informasi (TI) yang memungkinkan mereka mendapatkan pelayanan yang baik dan pas dari segi pilihan produk dan harga. ”Lotte Mart juga akan akan memperbanyak jumlah jenis produk yang dijualnya hingga dua kali lipat atau sebanyak 30.000 jenis. Hal ini tentunya merupakan perkembangan yang menggembirakan bagi para pelanggan kami – mereka akan memperoleh banyak pilihan produk dengan harga yang relatif murah,” kata Moon Young Pyo. Sama pentingnya, para pemasok juga akan mendapatkan keuntungan dari berlanjutnya asas kemitraan yang sama-sama menguntungkan (win-win solution). Direktur Operasional PT Lotte Shopping Indonesia Jusuf Halim mengatakan, ”Kami selalu menyampaikan perkembangan perusahaan kepada mitra-mitra pemasok kami selama masa transisi. Hari ini kami juga mengadakan kegiatan Suppliers Convention dengan mengundang lebih dari 500 mitra pemasok untuk menyampaikan visi dan misi kerja sama yang menghasilkan win-win solution bagi kedua belah pihak.” Kelebihan dan kekurangan lainnya adalah :
·         Lotte Mart menguasai pasar Korea sebagai distributor berskala besar yang telah memakai sistem Mileage Service yang memberikan poin belanja pada konsumen. Pada tahun 2000, sebanyak 70% atau 12 juta keluarga Korea telah terdaftar sebagai pelanggan Lotte Mart. Lotte Mart memiliki cabang sebanyak 91 unit yang tersebar di empat negara: Korea, China, Vietnam, Indonesia.
·         Lotte Mart sebagai sebuah market wholesale skala besar dan juga mempunyai banyak kompetitor dibidangnya dirasa perlu mengembangkan lebih lanjut sebuah IT yang bisa diterapkan dalam manajeman maupun dalam sistem pembelanjaannya
·         Tingginya tuntutan kualitas layanan dan dorongan globalisasi terbantukan dengan keberadaan solusi komunikasi data dan IT services yang memperlancar proses produksi, distribusi, serta operasional perusahaan. Hal ini akan berdampak baik pada kondisi kompetitif dipersaingan, perusahaan yang mampu mengembangkan IT dalam pengaplikasiannya dibisnisnya akan memperoleh keunggulan kompetitif dibanding pesaing.

·         Dapat menampung jumlah karyawan lebih banyak
·         Pendapatan laba atau keuntungan yang lebih banyak
·         Produksi yang dihasilkan lebih banyak
·         Gaji yang diberikan cukup besar
·         Mesinnya lebih modern dan canggih
·         Membantu perekonomian karyawan
·         Tenaga kerja yang digunkan merupakan tenaga kerja yang handal dan terdidik
·         Pengerjaan produksi lebih cepat selesai
·         Tempatnya lebih luas
·         Hasil produksi yang berkualitas tinggi
·         Memiliki peraturan hukum yang sangat tegas
·         Mengurangi pengangguran masyarakat
·         Meningkatkan perekonomian Negara
·         Membantu meningkatkan kemakmuran Negara
·         Memiliki Kesatuan manajemen yang baik

Kekurangan dari perusahaan Lotte antara lain :


·         Biaya atau modal yang dikeluarkan sangat besar
·         Sulitnya bahan baku karena sebagian besar bahan baku yang digunakan merupakan bahan baku yang tidak bias diperbaharui
·         Menghasilkan limbah yang dapat merusak lingkungan
·         Resiko yang akan terjadi lebih besar
·         Tidak mudah dalam mengatur karyawannya karena jumlahnya yang sangat banyak
·         Menjadi sasaran terror
·         Merusak lahan hijau untuk dijadikan industry
·         Kesatuan organisasi yang tidak teratur
·         Tanggung jawab pemilik tidak terbatas
·         Kelangsungan usaha kurang terjamin
·         Rahasia perusahaan kurang terjamin karena adanya banyak pimpinan yang mengetahuinya
 

Senin, 27 Februari 2017

Gambar logo Lotte Co., Ltd
A. Tentang Lotte
Lotte Co., Ltd. adalah perusahaan multinasional makanan dan belanja yang aktif di Jepang dan Korea Selatan. Lotte pertama kali didirikan pada bulan Juni 1948 di Tokyo, oleh seorang pengusaha Jepang keturunan Korea, yang dikenal sebagai Shin Kyuk-Ho dalam bahasa Korea atau Takeo Shigemitsu (重光武雄 Shigemitsu Takeo?) dalam bahasa Jepang. Dari Tokyo, Lotte diperluas ke Korea Selatan dengan pembentukan Lotte Confectionary Co, Ltd di Seoul pada April 3, 1967.

Lotte Group terdiri dari lebih dari 60 unit usaha mempekerjakan 60.000 orang terlibat dalam berbagai industri seperti manufaktur permen, minuman, hotel, makanan cepat saji, ritel, jasa keuangan, bahan kimia berat, elektronik, IT, konstruksi, penerbitan, dan hiburan. Operasi besar Lotte diawasi oleh keluarga Shin di Jepang dan Korea Selatan, dengan bisnis tambahan di Tiongkok, Thailand, Indonesia, Vietnam, India, AS, Rusia, Filipina, Pakistan dan Polandia (Lotte membeli terbesar perusahaan permen Polandia Wedel dari Kraft Foods pada bulan Juni 2010). Saat ini, Lotte adalah produsen gula terbesar di Korea Selatan, dan merupakan yang terbesar ketiga di Jepang belakang Meiji Seika dan Ezaki Glico dalam hal pendapatan penjualan ketika hanya penjualan kembang gula Lotte dihitung. Lotte tumbuh menjadi perusahaan yang mewakili Korea di berbagai bidang seperti distribusi makanan dan rekreasi. Saat ini, perusahaan ini sedang berkembang menjadi perusahaan global yang memperkaya kehidupan orang-orang di seluruh dunia. Didorong oleh normalisasi hubungan diplomatik antara Korea dan Jepang pada tahun 1965, Pemilik Lotte, Shin Kyuk-ho,  seorang pengusaha Korea, yang unit usahanya kebanyakan beroperasi di Jepang, membuat investasi berani dengan mendirikan Grup afiliasi bisnis pertama, Lotte Confectionery di Korea. Pada saat itu, Korea adalah negara yang sedang berkembang karena sisa-sisa Perang Korea. Investasi Mr. Shin adalah sebuah langkah pertama menuju modernisasi besar-besaran industri makanan.
- 1967 Lotte Confectionery diperkenalkan
- 1968 Lotte Aluminium dimulai
Pada tahun 1970-an, perusahaan melakukan langkah besar sebagai bisnis makanan terbesar, mendirikan Lotte Chilsung Beverage, Lotte Samkang. Lotte Ham & Milk, dan Lotteria. Selain itu, Lotte memelopori industri ritel dan  pariwisata nasional dengan meluncurkan Lotte Hotel dan Lotte Shopping. Tahun-tahun berikutnya, perusahaan juga memperkenalkan Lotte Engineering & Construction, Honam Petrokimia, Lotte Engineering & Machinery, dan Lotte Trading.
- 1973 Lotte Hotel dibuka
- 1973 Lotte Engineering & Machinery dan Lotte Pioneer didirikan.
- 1974 Lotte Trading didirikan
- 1974 Mengakuisisi Chilsung Han-mi Beverage dan mengubah namanya menjadi Chilsung Lotte Beverage
- 1976 Mengakuisisi Honam Petrokimia
- 1978 Mengambil alih Samkang dan mengubah nama menjadi Lotte Samkang
- 1978 Lotte Ham & Milk Diluncurkan.
- 1978 Mengambil alih Pyunghwa Construction dan mengubah namanya menjadi Lotte Engineering &   Construction
- 1979 Lotteria didirikan.
- 1979 Lotte Shopping dimulai 

Pada tahun 1980’s, Lotte mencapai titik kompetitif dalam distribusi, pariwisata, dan industri makanan, dengan berhasil mendapatkan peringkat dalam  sepuluh-besar kelompok bisnis Korea. Hal ini juga meletakkan dasar untuk mendorong dirinya ke pasar global dengan melakukan diversifikasi sektor usaha. Pada periode ini, Lotte menyelesaikan pembangunan Lotte World, mendirikan Lotte Hotel di Busan dan Lotte Moolsan, dan menuangkan energi maksimum untuk memperkuat daya saing dalam industri pariwisata. Didirikannya Lotte Canon dan Korea Fujifilm mempercepat peluncuran bisnis tekhnologi tinggi. Lotte Giants dan Daehong Communications didirikan untuk memperbaharui seluruh infrastruktur budaya perusahaan. Lotte R & D Center dan Lotte Merchandising Service Center didirikan untuk menambah intensitas penelitian dan pengembangan untuk produk-produk baru serta keterampilan dalam bisnis.
- 1980 Didirikannya Lotte Freezing, mengakuisisi Korea Fujifilm
- 1982 Didirikannya Daehong Communications
- 1982 Didirikannya Lotte Giants
- 1982 Didirikannya Lotte Moolson1983
- 1983 Didirikannya Lotte R & D Center
- 1983 Didirikannya Merchandising Lotte Service Center
- 1984 Didirikannya Lotte Hotel di Busan
- 1985 Didirikannya Lotte Canon
- 1988 Mengakuisisi Korea Seven
- 1989 Didirikannya Lotte World Promotion Department

Pada tahun 1990-an, Lotte siap untuk melompat ke depan sebagai sebuah super grup yang terbaik dari abad ke-21 berdasarkan kompetensi di inti daerah strategis.Hal ini mempertahankan posisi Nomor 1 di distribusi, pariwisata, dan sektor makanan dan membangun landasan bagi korporasi global dengan manajemen dan investasi yang agresif.
Mata rantai Lotte Hotel dan Lotte Shopping diperluas secara nasional dan bisnis-bisnis baru diluncurkan. Mereka memperluas pasar ke Jepang, Cina, negara-negara Asia Timur lain, dan Amerika Serikat, meningkatkan pemasaran global yang efektif untuk makanan dan minuman, perdagangan, dan bisnis pariwisata. Lotte Data Communication dan Lotte.Com didirikan untuk menciptakan model bisnis bertekhnologi tinggi. Korea Seven, Lotte Logistics, dan Lotte Fresh Delica didirikan untuk menciptakan sistem logistik makanan yang baru dan aman.
Bahkan setelah awal dari krisis keuangan Asia tahun 1997, Lotte tidak berhenti berkembang didasarkan pada daya saing dalam inti bisnis strategis dan struktur keuangan yang kokoh. Hal ini dapat dicapai dengan memilih bisnis di mana dapat  lebih unggul dan memusatkan semua upaya kompetitif perusahaan sektor tersebut.
- 1991 Didirikannya Lotte Station Building
- 1995 Lotte Capital mulai beroperasi
- 1996 Lotte Logistics dibentuk
- 1996 Lotte Data Communication Company  didirikan
- 1999 Lotte Fresh Delica dimulai

Sewaktu Korea masih dalam masa pemulihan dari Perang Korea, Lotte, pada 1960-an, mulai membangun dirinya sebagai pelopor bisnis. Sejak tahun-tahun awal tersebut, Lotte Group telah tumbuh menjadi entitas bisnis kelas satu yang kompetitif, tangguh dalam sektor makanan, ritel, pariwisata, konstruksi dan kimia berat. Tak satupun yang puas begitu saja, Lotte telah mulai menerapkan rencana untuk industri tekhnologi tinggi, berbasis di struktur keuangan yang solid, sistem manajemen yang inovatif, dan investasi yang kuat. Pada saat yang sama, Lotte juga tumbuh sebagai bisnis kelas dunia dengan kehadirannya sekarang di Cina dan Rusia. Tetapi pada intinya, Lotte menyadari pentingnya menempatkan prioritas pada nilai-nilai pemegang saham, dengan berusaha untuk memaksimalkan laba melalui manajemen yang bertanggung jawab, kegiatan operasional yang menguntungkan, dan respon kreatif terhadap perubahan dalam lingkungan bisnis.
- 2000 Lotte.com dimulai
- 2000 Lotte Boulangerie didirikan
- 2001 Mengakuisisi IY & F dan mengubah nama menjadi Lotte   Pharmaceutical
- 2002 Mengakuisisi Star Food
- 2002 Mengakuisisi Dongyang Card dan mengubah nama menjadi Lotte Card
- 2004 Pendirian Lotte Shopping KKD Head Quarter
- 2004 Mengakuisisi KP Chemical
- 2005 Pendirian Daesan Lotte Petrochemical Corp (Akuisisi dari 2nd Complex Hyundai Petrochemical Co)
- 2005 Mengakuisisi Wellga
- 2006 Mengakuisisi Woori Homeshopping
- 2008 Mengakuisisi Makro Indonesia

B. Struktur Organisasi Lotte
 
Gambar struktur organisasi Lotte
C. PERUSAHAAN DAGANG ( LOTTE MART )Produk yang di Jual
Jika dilihat, Lotte Mart memiliki ambisi besar untuk meraup pangsa pasar ritel Indonesia. Populasi penduduk kita yang berjumlah lebih dari 200 juta orang dilihat sebagai peluang emas untuk pengembangan bisnis. Tak heran, Lotte memasang target omzet penjualan tinggi tahun ini. "Target omzet penjualan kami 5,7 triliun tahun ini. Naik sekitar 20% dari tahun lalu ketika masih bernama Makro. Untuk mencapai target, Lotte Mart memiliki ambisi besar untuk meraup pangsa pasar ritel Indonesia dengan siap bermain di bisnis minimarket, supermarket hingga hypermarket. Langkah ini mengadopsi konsep yang dijalankan Lotte di negara asalnya. Oleh karenanya, konsep perkulakan atau grosir yang diterapkan Makro selama ini akan secara bertahap diganti dengan konsep hypermart. Karena Lotte Mart melihat bahwa masyarakat Indonesia saat ini membutuhkan ruang belanja yang modern dan efisien
Strategi Pemasaran
Strategi Lotte Mart juga akan membuat sistem elektronik survei harian konsumen di mana akan terdata kemampuan membeli konsumen dan produk yang sering dibeli konsumen. Dengan alat survei itu akan tahu keinginan konsumen dan produk apa yang sering dibeli. Dan tentu saja pelayanan akan dioptimalkan setiap hari. Jumlah gerai Makro yang kemudian berubah wujud menjadi Lotte Mart ada 19 unit. Dalam kurun waktu lima tahun ke depan, ditargetkan jumlah gerai Lotte Mart akan mencapai 45 unit. Untuk 2009 belum bisa ditargetkan jumlah gerai yang akan dibangun, targetnya 5 tahun sekali.
Analisa Segmentasi Pasar
Jika dilihat, Lotte Mart memiliki ambisi besar untuk meraup pangsa pasar ritel Indonesia. Populasi penduduk kita yang berjumlah lebih dari 200 juta orang dilihat sebagai peluang emas untuk pengembangan bisnis. Tak heran, Lotte memasang target omzet penjualan tinggi tahun ini. Target omzet penjualan kami 5,7 triliun tahun ini. Naik sekitar 20% dari tahun lalu ketika masih bernama Makro.

Sumber : http://www.daifuku.com/id/solution/casestudy/lotte/
http://lotte.co.id/id/about-us